Jumat, 09 Januari 2009

Saat Ku Sentuh Jemarimu Dengan Mesra...

Saat Kusentuh Jemarimu Dengan Mesra  Author: Abu Aufa  

Jemari itu tak lagi lentik, terasa beda saat pertama kali disentuh kala malam pertama. Kulitnya bersisik dan berkerut, karena getir kehidupan. Guratan bekas parutan pun membuatnya bertambah kasar. Tak jarang jemari itu basah, menahan kristal-kristal bening yang menggenang di telaga mata, pedih... teringat pedasnya kata-kata yang pernah menusuk hati.
Kala keheningan malam menjamu temaramnya rembulan, diukirnya do'a-do'a dengan goresan harapan, khusyu', berharap regukan kasih sayang dari Sang Pemilik Cinta. Hingga tubuh penat itupun bangkit, menatap belahan jiwa dengan tatapan cinta, kemudian perlahan dikecupnya sang kakanda dengan mesra.
Indah...
Sungguh teramat indah Al Qur'an melukiskannya, "Mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka." [Al-Baqarah 187]
Adakah yang lebih indah dari rasa kasih sayang diantara kedua insan yang berlainan jenis dalam sebuah ikatan pernikahan? Ia adalah sebuah mitsaqan ghalidza (perjanjian yang kuat), karenanya yang haram menjadi halal, maksiat menjadi ibadah, kekejian menjadi kesucian dan kebebasan pun menjadi sebuah tanggung jawab. Dua hati yang berserakan akhirnya bertautan, ibadah... hanya itu yang dijadikan alasan.
Keindahan cinta dalam sebuah mahligai pernikahan adalah harapan penghuninya. Cinta akan membuat seseorang lebih mengutamakan yang dicintainya, sehingga seorang istri akan mengutamakan suami dalam keluarga, dan seorang suami tentu akan mengutamakan perlindungan dan pemberian nafkah kepada istri tercinta.
Cinta memang dapat berbentuk kecupan sayang, kehangatan, dan perhatian, namun bunga cinta tetaplah membutuhkan pupuk agar selalu bersemi indah. Karenanya, segala kekurangan akan menumbuhkan kebesaran jiwa, bahkan air mata yang mengalir itu pun adalah sebagai tanda kesyukuran kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena IA telah memberikan pasangan hidup yang selalu bersama mengharap keridhoan-Nya.
 
 
Lalu, masihkah kehangatan itu nyata seiring bertambahnya usia pernikahan?
Aaah...
Kadang kita sebagai suami lebih sering bersikap dzalim. Kesibukan tiada henti, rutinitas yang selalu dijumpai, lebih menjadi 'istri' daripada makna istri itu sendiri. Masihkah ada curahan kelembutan dari seorang qowwam (pemimpin) yang teduh? Adakah belaian kasih sayang yang begitu hangat seperti kala pertama kedua hati bersatu?
Saat-saat awal pernikahan, duhai sungguh romantis. Rona mata penuh makna cinta terpancar saat saling berpandangan, kedua tangan saling bergandengan, hingga jemari tersulam mesra. Tak lupa bibir melantunkan seuntai nada ...Sambutlah tanganku ini / Belailah dengan mesra / Kasihmu hanya untukku / Hingga akhir nanti... Amboi... sungguh membuat iri mata yang memandang.
Malam dan siang silih berganti mewarnai hari, susah senang hilang timbul bagaikan gelombang laut, keluh dan bosan pun kadang menelusup, hingga akhirnya lirik lagu cinta pun meredup ...Sepanjang jalan kenangan kita selalu bergandeng tangan / Sepanjang jalan kenangan kupeluk dirimu mesra / Hujan yang rintik-rintik di awal bulan itu / Menambah nikmatnya malam syahdu... Akhirnya kemesraan pun hanyalah sekedar kenangan.
Entahlah...
Entah kemana canda yang dahulu pernah membuat istri kita tertawa bahagia, ciuman di kening seraya berpesan "Baik-baik ya di rumah," atau pun sekedar ucapan salam "Assalaamu alaykum ummi," saat akan keluar rumah. Bahkan, lupa kapan terakhir tangan ini menyentuh, menggenggam mesra jemari istri tercinta. Padahal dosa-dosa akan berguguran dari sela-sela jemari saat kedua tangan disatukan.
Duhai Allah, Airmata itu pernah tumpah, deras bercucuran Luruh dalam isakan, menyayat kepedihan Hanya karena enggan jemari ini bersentuhan
Ampuni diri yang dzalim ini yaa Allah Sadarkan, sebelum saatnya harus beranjak pergi Jauh, dan... tak akan pernah kembali
Wallahua'lam bi showab.
*IKATLAH ILMU DENGAN MENULISKANNYA*
Al-Hubb Fillah wa Lillah,

Cinta...
Ini kiriman puisi terakhirmu untuk Bunda...
Terima kasih sudah kau nyatakan cintamu dengan segenap hatimu...
Aku pun mencintaimu dengan segenap jiwa ragaku...

Ya Rabb...
Kukembalikan orang tercinta yang pernah Kau kirim untukku
Dialah orang terbaik untukku dari-Mu
Dengan sepenuh hati kusadari
Bahwa tiada yang memiliki dia selain Mu

Hanya kupinta pada-Mu
Beri aku sedikit kekuatan-Mu
Untuk menghadapi semua ini
Pun sedikit ilmu-Mu
untuk memberi pemahaman bagi si kecil yang Kau titipkan juga padaku
Bahwa Ayahnya telah mendapat tempat terbaik di sisi-Mu

Ya Rabb,
Aku menyadari sepenuhnya bahwa hanya Kau yang berhak atas kami
dan hanya pada-Mu lah kami berserah...

Luv u, Ayah...
Always...

17 komentar:

Alif-Aksa Nugroho mengatakan...

Turut berduka cita ya mbak Ika... semoga mbak & Sha diberi kekuatan menghadapi semua ini

*hugs*

Ta Thew mengatakan...

Ika, Riza romantis juga ya ... aku bersyukur kalian telah mengalami masa indah dan romantis bersama. We love you both as always, of course sasha as well, my dear xxx

shinta wahyuni mengatakan...

Mbak....indah sekali....
Semoga Allah SWT menjaga ayah diatas sana.

shinta wahyuni mengatakan...

Mbak....indah sekali....
Semoga Allah SWT menjaga ayah diatas sana.

shinta wahyuni mengatakan...

Mbak....indah sekali....
Semoga Allah SWT menjaga ayah diatas sana.

Ratih Wulansari mengatakan...

*hugs*

Dyah Puspita mengatakan...

Hugs for you 'n Sasha...

Lentera kecilnya ma Clodi mengatakan...

cinta yang indah....
pasti akan terkenang selamanya...

be tough yah, jeung..

eddy JP mengatakan...

Puisi yang indah Ka..

Vivie Pambudi mengatakan...

Indah banget kata2nya...

Dwi Sugiarti mengatakan...

Subhanallah... subhanallah... *hugs buat Mba Ika & Sha*

ilna sari mengatakan...

He loves you and HE loves you, too. Amiiin.

Linda Fitriwati mengatakan...

Ika....i can't say any word...

Dian, Mumu Darrell mengatakan...

speechless................semoga ayah dapat tempat yang terbaik di sisi Allah SWT, amiiiinnn

Maya Ekatrina mengatakan...

hugs buat mba Ika......

duwi :o) mengatakan...

bagus bgt tulisannya...semoga Allah berikan yg terbaik buat kamu dan sha juga

Indri Wijasari mengatakan...

Amin... Ayah Sasha pasti senang dan bangga melihat ketegaran mbak Ika..