Kamis, 27 Maret 2008

Duh... Dunia Pendidikan Kita

 

 

Topiknya rasanya beraaaaat banget ya...

Aku tergerak nulis ini karena baru abiss baca buku fenomenalnya Andrea Hirata yang "Laskar Pelangi". Terus terang, buku itu membangkitkan kenangan-kenangan masa lalu waktu aku masih duduk di SD Kuntum Wijaya Kusuma Petang (sekarang SD Persit) yang keadaannya hampir-hampir mirip dengan SD Muhammadiyah-nya Laskar Pelangi.

Berbeda 180 derajat dengan SD Kuntum Wijaya Kusuma Pagi yang mirip dengan SD PN, kami yang hanya ber-29 orang waktu itu benar-benar merasa enjoy dengan kehidupan kami. Dan lagi-lagi itu adalah kenangan yang indah buat masing-masing pribadi

Tapi yang membuat saya ingin membahas masalah ini sebenarnya bukan semata-mata bukunya bang Ikal, melainkan keluhan mama saya yang sudah lebih dari sebulan ini selalu sama. Keluhannya kira-kira begini...."Duuuh, mama mesti gimana lagi ngajarinnya suaya anak-anak ini bisa....????"

BIsa apa sih???

 Ya, bisa menangkap pelajaran dengan baik karena kebetulan mama punya sanggar belajar di rumah. Sanggar ini adalah hasil perluasan dari bimbingan belajar di rumah yang dimulai dari 5 orang siswa. Tapi jangan dibayangkan bimbingan belajar ini adalah bimbingan belajar yang mesti bayar mahal untuk tiap mata pelajarannya dan penuh dengan fasilitas lengkap. Bimbel itu diselenggarakan terkait dengan keprihatinan mama terhadap anak-anak di lingkungan sekitar rumah yang punya potensi tapi mereka gak punya biaya dan gak punya orang tua yang membimbing mereka belajar karena keterbatasan pengetahuan mereka. Para siswa ini mayoritas adalah penduduk asli jakarta. Peserta didik tidak dipungut bayaran dan beberapa dari mereka diusahakan mendapat beasiswa dari donatur sanggar yang tak lain adalah mama sendiri dan sumbangan dari teman-teman mama.

Sekarang sanggar sudah berkembang. Sudah ada 80 siswa aktif yang belajar di sana dan ada TPA yang gratis juga untuk para peserta didik. Dari beberapa peserta, ada yang membayar uang les karena mereka anak yang mampu. Tapi anak-anak sekitar rumah yang tidak mampu, tetap dibebaskan dari biaya. Mungkin istilahnya "subsidi silang". Toko yang mama buka juga bisa sedikit memberikan dana untuk keberlangsungan sanggar. Setidaknya untuk melengkapi koleksi buku-buku di perpustakaan yang bisa dipinjam peserta didik.

Kembali ke keluhan mama...
Akhir-akhir ini mama kerepotan menangani anak-anak yang dirasa mama adalah korban dari sistem pendidikan Indonesia. UAN atau apalah namanya, saat ini menjadi momok besar bagi pendidik dan yang dididik. Guru punya target untuk ngabisin pelajaran sesuai kurikulum. Siswa cuma disuruh beli buku, beli lks, terus dikasih tugas dari halaman 1 sampe 20, tanpa diajarin lebih dulu. Bahkan di beberapa kasus, untuk ngerjain tugas bahasa inggris perlu kaset yang harus didenger untuk Listening. Kalo tugas gak dikerjakan, siswa dimarahin. Padahal gimana cara ngerjainnya coba???

Terakhir mama mengeluh bahwa muridnya yang kelas 2 SMP gak melakukan apa-apa kecuali menunggu aba-aba mama untuk menulis. Apa yang diucapkan mama baru ditulisnya. Padahal sistem pengajaran mama bukan sistem belajar mengajar seperti di sekolah. Mama hanya bertindak sebagai fasilitator yang menemani siswa belajar. Siswa diberikan soal latihan yang sesuai dengan kemapuannya dan sedikit demi sedikit ditingkatkan apabila siswa sudah menguasai materi. Jadi, dalam satu waktu mama bisa menggabungkan murid sd sampai smp untuk belajar di satu ruangan karena gaya mengajar mama yang disesuaikan dengan individu siswa. Anak kelas 3 sd yang sama-sama belajar bisa berbeda kemampuannya dalam mengerjakan soal tergantung kemauannya untuk belajar dan kemauan dia untuk meningkatkan kemampuannya. Lha murid yang cuma menunggu seperti ini, kapan belajarnya dan kapan bisa meningkatnya?

Belum lagi, dua minggu yang lalu, ada serombongan ibu-ibu yang membawa anak-anaknya kelas 3 SMP, ber-8 orang, minta mama untuk mengajarkan anaknya matematika, bahasa inggris, bahasa indonesia dan pelajaran lain yang diujikan dalam UN tanggal 8 April nanti (kalo nggak salah). Mama cerita sama aku... "masa', ik, mereka itu nilai latihan ujian bahasa indonesia dapat 3. lha mama bilang, wah ini pasti anak modern nih yang pinter bahasa inggris sampe nilai bahasa indonesianya jeblok. dengan tersipu-sipu anaknya jawab "bu, bahasa inggrisnya dapat 2,". Lha...yang salah gurunya apa muridnya sih, ik..., kata mama. Dan kata mama lagi, "terus, ibunya dengan lantang dan yakin bilang...bu, saya bayar berapa aja deh yang penting anak saya lulus..." Huehahahah...kebayang deh wajah mama waktu denger si ibu bilang begitu....

Duh...pendidikan Indonesia....

 

 

 

Duh... Dunia Pendidikan Kita

Topiknya rasanya beraaaaat banget ya...

Aku tergerak nulis ini karena baru abiss baca buku fenomenalnya Andrea Hirata yang "Laskar Pelangi". Terus terang, buku itu membangkitkan kenangan-kenangan masa lalu waktu aku masih duduk di SD Kuntum Wijaya Kusuma Petang (sekarang SD Persit) yang keadaannya hampir-hampir mirip dengan SD Muhammadiyah-nya Laskar Pelangi.

Berbeda 180 derajat dengan SD Kuntum Wijaya Kusuma Pagi yang mirip dengan SD PN, kami yang hanya ber-29 orang waktu itu benar-benar merasa enjoy dengan kehidupan kami. Dan lagi-lagi itu adalah kenangan yang indah buat masing-masing pribadi

Tapi yang membuat saya ingin membahas masalah ini sebenarnya bukan semata-mata bukunya bang Ikal, melainkan keluhan mama saya yang sudah lebih dari sebulan ini selalu sama. Keluhannya kira-kira begini...."Duuuh, mama mesti gimana lagi ngajarinnya suaya anak-anak ini bisa....????"

BIsa apa sih???

Ya, bisa menangkap pelajaran dengan baik karena kebetulan mama punya sanggar belajar di rumah. Sanggar ini adalah hasil perluasan dari bimbingan belajar di rumah yang dimulai dari 5 orang siswa. Tapi jangan dibayangkan bimbingan belajar ini adalah bimbingan belajar yang mesti bayar mahal untuk tiap mata pelajarannya dan penuh dengan fasilitas lengkap. Bimbel itu diselenggarakan terkait dengan keprihatinan mama terhadap anak-anak di lingkungan sekitar rumah yang punya potensi tapi mereka gak punya biaya dan gak punya orang tua yang membimbing mereka belajar karena keterbatasan pengetahuan mereka. Para siswa ini mayoritas adalah penduduk asli jakarta. Peserta didik tidak dipungut bayaran dan beberapa dari mereka diusahakan mendapat beasiswa dari donatur sanggar yang tak lain adalah mama sendiri dan sumbangan dari teman-teman mama.

Sekarang sanggar sudah berkembang. Sudah ada 80 siswa aktif yang belajar di sana dan ada TPA yang gratis juga untuk para peserta didik. Dari beberapa peserta, ada yang membayar uang les karena mereka anak yang mampu. Tapi anak-anak sekitar rumah yang tidak mampu, tetap dibebaskan dari biaya. Mungkin istilahnya "subsidi silang". Toko yang mama buka juga bisa sedikit memberikan dana untuk keberlangsungan sanggar. Setidaknya untuk melengkapi koleksi buku-buku di perpustakaan yang bisa dipinjam peserta didik.

Kembali ke keluhan mama...
Akhir-akhir ini mama kerepotan menangani anak-anak yang dirasa mama adalah korban dari sistem pendidikan Indonesia. UAN atau apalah namanya, saat ini menjadi momok besar bagi pendidik dan yang dididik. Guru punya target untuk ngabisin pelajaran sesuai kurikulum. Siswa cuma disuruh beli buku, beli lks, terus dikasih tugas dari halaman 1 sampe 20, tanpa diajarin lebih dulu. Bahkan di beberapa kasus, untuk ngerjain tugas bahasa inggris perlu kaset yang harus didenger untuk Listening. Kalo tugas gak dikerjakan, siswa dimarahin. Padahal gimana cara ngerjainnya coba???

Terakhir mama mengeluh bahwa muridnya yang kelas 2 SMP gak melakukan apa-apa kecuali menunggu aba-aba mama untuk menulis. Apa yang diucapkan mama baru ditulisnya. Padahal sistem pengajaran mama bukan sistem belajar mengajar seperti di sekolah. Mama hanya bertindak sebagai fasilitator yang menemani siswa belajar. Siswa diberikan soal latihan yang sesuai dengan kemapuannya dan sedikit demi sedikit ditingkatkan apabila siswa sudah menguasai materi. Jadi, dalam satu waktu mama bisa menggabungkan murid sd sampai smp untuk belajar di satu ruangan karena gaya mengajar mama yang disesuaikan dengan individu siswa. Anak kelas 3 sd yang sama-sama belajar bisa berbeda kemampuannya dalam mengerjakan soal tergantung kemauannya untuk belajar dan kemauan dia untuk meningkatkan kemampuannya. Lha murid yang cuma menunggu seperti ini, kapan belajarnya dan kapan bisa meningkatnya?

Belum lagi, dua minggu yang lalu, ada serombongan ibu-ibu yang membawa anak-anaknya kelas 3 SMP, ber-8 orang, minta mama untuk mengajarkan anaknya matematika, bahasa inggris, bahasa indonesia dan pelajaran lain yang diujikan dalam UN tanggal 8 April nanti (kalo nggak salah). Mama cerita sama aku... "masa', ik, mereka itu nilai latihan ujian bahasa indonesia dapat 3. lha mama bilang, wah ini pasti anak modern nih yang pinter bahasa inggris sampe nilai bahasa indonesianya jeblok. dengan tersipu-sipu anaknya jawab "bu, bahasa inggrisnya dapat 2,". Lha...yang salah gurunya apa muridnya sih, ik..., kata mama. Dan kata mama lagi, "terus, ibunya dengan lantang dan yakin bilang...bu, saya bayar berapa aja deh yang penting anak saya lulus..." Huehahahah...kebayang deh wajah mama waktu denger si ibu bilang begitu....

Duh...pendidikan Indonesia....

Rabu, 26 Maret 2008

Horee....Multiplynya bisa lagi....

Hari ini multiply bisa lagi dijalanin dari kantor...
Gak tau apakah karena operatornya komputer gak masuk...
Atau karena udah gak di-banned lagi...

Ya mumpung bisa...ayo deh kita ngeMP lagi sampe puas...

Liburan Euy...

Hari raya Nyepi kemarin menjadikan bulan ini jadi long weekend...
Dan kami sekeluarga consists of Mama, Papa, Dhika, aku dan Sasha jalan-jalan ke Bandung...

Jujur aja, kemarin itu pertama kali aku ke Bandung setelah dewasa (terakhir aku ke Bandung jaman SMP kelas 1 atau malah masih SD gituh...) ternyata Bandung itu cukup panas... Padahal seingatku, dulu Bandung tuh dingin.

Sebetulnya kami ke Bandung dalam rangka jemput Papa yang rapat di Lembang. Kami nginep di Lembang Asri. Nah di Lembang ini nih yang dingin. Sebelum sampe di penginapan, kami sempet beli serabi NHai yang rasanya enak banget. Serabi ini gak bikin eneg walau makan banyak. Disebut serabi NHaai karena letaknya di depan kampus NHI atau sekolah/institut pariwisata nasional di Bandung. Yang beli banyak banget. Ngantriiii... Tapi manajemen penjualannya cukup bagus, jadi kami nunggu gak terlalu lama. Sang waitres sudah menyiapkan kertas pesanan untuk si pemasak, dan pemasak serabi membuat serabi sesuai pesanan di kertas itu. Walaupun banyak banget, tapi gak kelompatan sama sekali lho pesanannya.

Setiba di Lembang Asri udah malem banget, sekitar jam setengah sebelas malem. Dari kamar Papa kita bisa liat kota Bandung di bawah. Kelap-kelip lampu keliatan jelas. Sasha yang baru bangun tidur di mobil langsung on lagi... Lha iya lah, orang dia abis di-charge baterenya, hehehe. Kita yang udah capek di jalan, mau gak mau mesti nanggapin maunya dia. Dia sibuk lompat-lompat di kasur yang embes-embes, hehehe... Tanya ini tanya itu...sampe jam setengah satu dia abis lagi baterenya dan tidur lelap.

Pagi-pagi banget, Sha udah bangun lagi. Sementara bundanya sih masih pengen merem lagi sebenernya, tapii berhubung Sha udah semangat banget, mau gak mau harus bangun juga. Setelah bangun, kami siap-siap sarapann pagi. Sha sarapan bubur ayam dan mie goreng telur ceplok. Abis sarapan dia langsung semangat untuk nyemplung kolam renang. Hehehe, dingin-dingin begini sapa juga yang mau nemenin dia nyemplung. Akhirnya Sha tetep main aja di pinggir kolam sama Om DikDik dan nenek, sementara bunda mesti balik ke kamar karena ada panggilan alam, hehehe.

Abis itu, aku balik lagi nyamperin Sha cs yang udah ada di playground. Sha asyik main "komidi keputer", hehehehe. Dia benar-benar enjoy sama trip ini. Yang paling amazing adalah Sha brenti pilek. Padahal kami udah was-was waktu ngajak dia pergi karena lagi pilek berat. Mungkin karena udara Lembang bersih ya...

Abis dari playground kita siap-siap turun ke Bandung. Kita puter-puter Bandung, ke alun-alun cari masjid karena om Dikdik dan Akung mau sholat jumat. So, kita cari parkir di mall apa gak tau deh namanya, yang jelas di sebelahnya ada pasar murah yang jualan tas dan sepatu-sandal. Waktu Sha diajak masuk ke pasar itu, dia ribut minta keluar sambil teriak..."bau...bau...", heehhe, maklum pasarnya banyak asap rokok dan banyak banget orangnya. Setelah dibujuk-bujuk cari sepatu bot, akhirnya betah juga dia di pasar itu. Di pasar itu kita gak dapet sepatu bot, tapi sepatu plastik yang sekarang lagi banyak dijual di pasar-pasar itu.

Setelah muter-muter di pasar, kami naik ke matahari, ternyata matahari lagi diskon gede-gedean. Baju yang didiskon termasuk baju anak-anak yang lucu-lucu. Akhirnya kami tergoda lagi buat cari baju Sasha. Di box, nenek ambil baju yang lucu banget...daster tapi ada topinya, di label harganya 35rb, di kasir kita cuma bayar 8rb! Ada baju bayi juga yang lucu banget, kami ambil juga tuh baju buat oleh-oleh tetangga. Abis beli baju, kami turun ke Solaria, nunggu akung dan om dhika pulang sholat jumat. Rencananya yang tua-tua mau makan di Ampera, tapi tergoda juga sama menunya Solaria. Sha makan fillet ikan, Nenek makan kwetiau goreng ayam, bunda makan nasi cumi rica-rica. Begitu Akung dan Om Dhika dateng, jadilah kita makan di Solaria semua. Batal deh makan di Ampera. Kami udah kenyang duluan. Selesai makan kami cabut ke Padasuka, tempat Saung Angklung Mang Udjo (tempat ini nanti di-review belakangan ya). Jam 15.30 pertunjukan dimulai. Kami, terutama Sasha benar-benar menikmati show itu. Sha senang sekali pegang angklung. Jam 17.30 pertunjukan selesai.
Kami masih pengen jalan-jalan di Bandung, so kami memutuskan untuk nginep di Bandung. Persoalannya adalah, kami belum pesen hotel. Beberapa hotel kami telpon tapi gak ada kamar kosong. Untungnya masih ada kamar di Grand Acquilla. Alhamdulillah dapet family room. Jadi cuma buka 1 kamar.

Besoknya kami jalan-jalan lagi di kota Bandung. Mampir ke beberapa Factory Outlet ngetop di kota Bandung. Beli baju, tas juga dompet. Menjelang siang, kami makan di Ampera. Makan banyak, enak dan harganya murah banget. Abis makan, kita pulang lagi deh ke Jakarta. Alhamdulillah jalanan lancar...

Berakhir deh jalan-jalannya... Kalo liburan lagi jalan-jalan lagi ya....

Horee....Multiplynya bisa lagi....

Hari ini multiply bisa lagi dijalanin dari kantor...
Gak tau apakah karena operatornya komputer gak masuk...
Atau karena udah gak di-banned lagi...

Ya mumpung bisa...ayo deh kita ngeMP lagi sampe puas...

Rabu, 12 Maret 2008

Foto-foto Trip to Bandung



























Keterangan foto:
dari atas ke samping terus ke bawah samping (hehehe)

1. Gaya Sasha jalan-jalan di playing ground :)
2. Sasha serius nonton angklung show di Saung Angklung Mang Udjo
3. Penonton ikut menari di akhir acara
4. Sasha n bunda naik kuda keliling kota
5. Bunda, Akung, Nenek, Sasha dan Om Dhika foto-foto centil di dalam kamar hotel
6. tuh kolam renangnya... kayaknya gede ya, hehehe
7. Sha dan Bunda
8. Senengnya main ayunan
9. Sama kakak-kakak di Saung Angklung
10. Akung, nenek dan Sasha di depan rumah bobok

















Foto-foto Trip to Bandung



























Keterangan foto:
dari atas ke samping terus ke bawah samping (hehehe)

1. Gaya Sasha jalan-jalan di playing ground :)
2. Sasha serius nonton angklung show di Saung Angklung Mang Udjo
3. Penonton ikut menari di akhir acara
4. Sasha n bunda naik kuda keliling kota
5. Bunda, Akung, Nenek, Sasha dan Om Dhika foto-foto centil di dalam kamar hotel
6. tuh kolam renangnya... kayaknya gede ya, hehehe
7. Sha dan Bunda
8. Senengnya main ayunan
9. Sama kakak-kakak di Saung Angklung
10. Akung, nenek dan Sasha di depan rumah bobok

















Minggu, 09 Maret 2008

Liburan Euy...

Hari raya Nyepi kemarin menjadikan bulan ini jadi long weekend...


Dan kami sekeluarga consists of Mama, Papa, Dhika, aku dan Sasha jalan-jalan ke Bandung...

Jujur aja, kemarin itu pertama kali aku ke Bandung setelah dewasa (terakhir aku ke Bandung jaman SMP kelas 1 atau malah masih SD gituh...) ternyata Bandung itu cukup panas... Padahal seingatku, dulu Bandung tuh dingin.


Sebetulnya kami ke Bandung dalam rangka jemput Papa yang rapat di Lembang. Kami nginep di Lembang Asri. Nah di Lembang ini nih yang dingin. Sebelum sampe di penginapan, kami sempet beli serabi NHai yang rasanya enak banget. Serabi ini gak bikin eneg walau makan banyak. Disebut serabi NHaai karena letaknya di depan kampus NHI atau sekolah/institut pariwisata nasional di Bandung. Yang beli banyak banget. Ngantriiii... Tapi manajemen penjualannya cukup bagus, jadi kami nunggu gak terlalu lama. Sang waitres sudah menyiapkan kertas pesanan untuk si pemasak, dan pemasak serabi membuat serabi sesuai pesanan di kertas itu. Walaupun banyak banget, tapi gak kelompatan sama sekali lho pesanannya.


Setiba di Lembang Asri udah malem banget, sekitar jam setengah sebelas malem. Dari kamar Papa kita bisa liat kota Bandung di bawah. Kelap-kelip lampu keliatan jelas. Sasha yang baru bangun tidur di mobil langsung on lagi... Lha iya lah, orang dia abis di-charge baterenya, hehehe. Kita yang udah capek di jalan, mau gak mau mesti nanggapin maunya dia. Dia sibuk lompat-lompat di kasur yang embes-embes, hehehe... Tanya ini tanya itu...sampe jam setengah satu dia abis lagi baterenya dan tidur lelap.


Pagi-pagi banget, Sha udah bangun lagi. Sementara bundanya sih masih pengen merem lagi sebenernya, tapii berhubung Sha udah semangat banget, mau gak mau harus bangun juga. Setelah bangun, kami siap-siap sarapann pagi. Sha sarapan bubur ayam dan mie goreng telur ceplok. Abis sarapan dia langsung semangat untuk nyemplung kolam renang. Hehehe, dingin-dingin begini sapa juga yang mau nemenin dia nyemplung. Akhirnya Sha tetep main aja di pinggir kolam sama Om DikDik dan nenek, sementara bunda mesti balik ke kamar karena ada panggilan alam, hehehe.


Abis itu, aku balik lagi nyamperin Sha cs yang udah ada di playground. Sha asyik main "komidi keputer", hehehehe. Dia benar-benar enjoy sama trip ini. Yang paling amazing adalah Sha brenti pilek. Padahal kami udah was-was waktu ngajak dia pergi karena lagi pilek berat. Mungkin karena udara Lembang bersih ya...

Abis dari playground kita siap-siap turun ke Bandung. Kita puter-puter Bandung, ke alun-alun cari masjid karena om Dikdik dan Akung mau sholat jumat. So, kita cari parkir di mall apa gak tau deh namanya, yang jelas di sebelahnya ada pasar murah yang jualan tas dan sepatu-sandal. Waktu Sha diajak masuk ke pasar itu, dia ribut minta keluar sambil teriak..."bau...bau...", heehhe, maklum pasarnya banyak asap rokok dan banyak banget orangnya. Setelah dibujuk-bujuk cari sepatu bot, akhirnya betah juga dia di pasar itu. Di pasar itu kita gak dapet sepatu bot, tapi sepatu plastik yang sekarang lagi banyak dijual di pasar-pasar itu.

Setelah muter-muter di pasar, kami naik ke matahari, ternyata matahari lagi diskon gede-gedean. Baju yang didiskon termasuk baju anak-anak yang lucu-lucu. Akhirnya kami tergoda lagi buat cari baju Sasha. Di box, nenek ambil baju yang lucu banget...daster tapi ada topinya, di label harganya 35rb, di kasir kita cuma bayar 8rb! Ada baju bayi juga yang lucu banget, kami ambil juga tuh baju buat oleh-oleh tetangga. Abis beli baju, kami turun ke Solaria, nunggu akung dan om dhika pulang sholat jumat. Rencananya yang tua-tua mau makan di Ampera, tapi tergoda juga sama menunya Solaria. Sha makan fillet ikan, Nenek makan kwetiau goreng ayam, bunda makan nasi cumi rica-rica. Begitu Akung dan Om Dhika dateng, jadilah kita makan di Solaria semua. Batal deh makan di Ampera. Kami udah kenyang duluan. Selesai makan kami cabut ke Padasuka, tempat Saung Angklung Mang Udjo (tempat ini nanti di-review belakangan ya). Jam 15.30 pertunjukan dimulai. Kami, terutama Sasha benar-benar menikmati show itu. Sha senang sekali pegang angklung. Jam 17.30 pertunjukan selesai.
Kami masih pengen jalan-jalan di Bandung, so kami memutuskan untuk nginep di Bandung. Persoalannya adalah, kami belum pesen hotel. Beberapa hotel kami telpon tapi gak ada kamar kosong. Untungnya masih ada kamar di Grand Acquilla. Alhamdulillah dapet family room. Jadi cuma buka 1 kamar.

Besoknya kami jalan-jalan lagi di kota Bandung. Mampir ke beberapa Factory Outlet ngetop di kota Bandung. Beli baju, tas juga dompet. Menjelang siang, kami makan di Ampera. Makan banyak, enak dan harganya murah banget. Abis makan, kita pulang lagi deh ke Jakarta. Alhamdulillah jalanan lancar...

Berakhir deh jalan-jalannya... Kalo liburan lagi jalan-jalan lagi ya....











Rabu, 05 Maret 2008

Kerja Bakti....

Pagi ini aku lewat di atas jembatan penyebrangan menuju kantor.
Waktu naik sih gak terlalu berkesan banget.
Tapi pas turun...aduh...yang namanya sampah bertebaran dimana-mana.
Bikin ilang mood aja.
Tangga turun itu kotor banget, mungkin karena hal-hal di bawah ini:
  1. Jembatan itu dijadiin tempat kumpulnya satpol PP yang lagi ngejagain tanah kosong di deket lokasi jembatan, so saat mereka makan cemilan, kulit kacang kedele atau bungkus gorengan langsung dibuang begitu aja, secara orang-orang Indonesia itu terbiasa menjadikan jalanan umum sebagai tempat sampah.
  2. Tukang bersihin jembatannya absen (resminya sih profesinya pengemis, tapi dia minta sedekahnya abis nyapuin jembatan itu)

Pas turun jembatan, tiba-tiba aja aku inget sama masa SD dahulu kala.
Kami senang sekali bersih-bersihin kelas supaya enak buat belajar.

Jaman dulu kan kelasnya gak pake keramik tapi pake tegel yang kalo sering dipel pasti jadi kinclong. Kita paling seneng kalo ngepel kelas bareng-bareng karena tegel jadi berkilau dan bersih so kita bisa lepas sepatu di kelas, bahkan bisa duduk di bawah, hehehehe

Suatu ketika di kelas 4, wali kelas kita ulang tahun. Karena kita gak punya duit, akhirnya kita sepakatan untuk kasih hadiah ke Pak Guru pake tenaga kita...yaitu bersih-bersih dan ngepel kelas.
waktu itu kita masuk siang dan Pak Guru masuk di jam pertama. Jam 11 kita udah sampe sekolah. Langsung nyapu sampe berseih. Yang cowok-cowok ngangkatin bangku ke atas kursi biar kita gampang ngepel dii bawah meja. Dengan cepat kita kerja bakti, ngepel sekalian menghias kelas pake balon-balon dan menulis kata-kata ucapan di papan tulis pake kapur berwarna.

Pas bel mau bunyi, kita semua udah kelar ngebersihin kelas. Kelas wangi dan cerah. Tulisan ulang tahun pun udah cantik dan warna-warni. Satu orang bertugas memberi tanda kalo Pak Guru datang.

Ketika Pak Guru masuk ke kelas kita semua duduk rapi dengan tangan terlipat kemudian menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun. Pak Guru tercengang. Yang paling gak aku lupain adalah mata beliau yang berkaca-kaca melihat kami dan kelas yang bersih. Melihat mata Pak Guru yang berkaca-kaca itu, banyak dari kami jadi ikut terharu. Yang jelas, kami bangga bisa bikin Pak Guru jadi senang.

Memang benar bersih itu indah. Apalagi kalo bersih itu timbul dari keinginan yang terdalam. Kayaknya gak susah kok buang sampah di tempatnya. Cuma kadang tempat sampahnya yang susah dicari, hehehehe...

Semoga kita jadi sering bersih-bersih deh, hehehehe ;)

Kerja Bakti....

Pagi ini aku lewat di atas jembatan penyebrangan menuju kantor.
Waktu naik sih gak terlalu berkesan banget.
Tapi pas turun...aduh...yang namanya sampah bertebaran dimana-mana.
Bikin ilang mood aja.
Tangga turun itu kotor banget, mungkin karena hal-hal di bawah ini:
  1. Jembatan itu dijadiin tempat kumpulnya satpol PP yang lagi ngejagain tanah kosong di deket lokasi jembatan, so saat mereka makan cemilan, kulit kacang kedele atau bungkus gorengan langsung dibuang begitu aja, secara orang-orang Indonesia itu terbiasa menjadikan jalanan umum sebagai tempat sampah.
  2. Tukang bersihin jembatannya absen (resminya sih profesinya pengemis, tapi dia minta sedekahnya abis nyapuin jembatan itu)

Pas turun jembatan, tiba-tiba aja aku inget sama masa SD dahulu kala.
Kami senang sekali bersih-bersihin kelas supaya enak buat belajar.

Jaman dulu kan kelasnya gak pake keramik tapi pake tegel yang kalo sering dipel pasti jadi kinclong. Kita paling seneng kalo ngepel kelas bareng-bareng karena tegel jadi berkilau dan bersih so kita bisa lepas sepatu di kelas, bahkan bisa duduk di bawah, hehehehe

Suatu ketika di kelas 4, wali kelas kita ulang tahun. Karena kita gak punya duit, akhirnya kita sepakatan untuk kasih hadiah ke Pak Guru pake tenaga kita...yaitu bersih-bersih dan ngepel kelas.
waktu itu kita masuk siang dan Pak Guru masuk di jam pertama. Jam 11 kita udah sampe sekolah. Langsung nyapu sampe berseih. Yang cowok-cowok ngangkatin bangku ke atas kursi biar kita gampang ngepel dii bawah meja. Dengan cepat kita kerja bakti, ngepel sekalian menghias kelas pake balon-balon dan menulis kata-kata ucapan di papan tulis pake kapur berwarna.

Pas bel mau bunyi, kita semua udah kelar ngebersihin kelas. Kelas wangi dan cerah. Tulisan ulang tahun pun udah cantik dan warna-warni. Satu orang bertugas memberi tanda kalo Pak Guru datang.

Ketika Pak Guru masuk ke kelas kita semua duduk rapi dengan tangan terlipat kemudian menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun. Pak Guru tercengang. Yang paling gak aku lupain adalah mata beliau yang berkaca-kaca melihat kami dan kelas yang bersih. Melihat mata Pak Guru yang berkaca-kaca itu, banyak dari kami jadi ikut terharu. Yang jelas, kami bangga bisa bikin Pak Guru jadi senang.

Memang benar bersih itu indah. Apalagi kalo bersih itu timbul dari keinginan yang terdalam. Kayaknya gak susah kok buang sampah di tempatnya. Cuma kadang tempat sampahnya yang susah dicari, hehehehe...

Semoga kita jadi sering bersih-bersih deh, hehehehe ;)