Hari ini asisten rumah tangga mamaku yang sudah mengasuh aku sejak aku kelas 1 SD sampe sekarang dia mengasuh Aisha anakku yang umurnya 2 tahun, tervonis positif TB Paru. Jujur, saya shock dengar berita ini.
Mbak Par, begitu kita panggil, sudah mengabdi selama 21 tahun di rumah kami.
Usianya 43 tahun. Beliau belum meinkah dan memilih untuk tidak menikah. entah apa alasannya.
Selama ini mbak Par jarang sakit. Paling berat sakit flu dan biasa diobati dengan obat biasa.
Waktu gunung Merapi di kampungnya hendak meletus, mbak Par pulang kampung lagi untuk melihat keadaan rumahnya. Peristiwa itu terjadi setelah mbak Par lama tinggal di kampung untuk mengurus maknya yang sakit. Mbak Par tinggal cukup lama di kampung, Sleman, Jogja. Karena pulang lama tak ada kabar, kami pun mengecek keberadaannya di sana.
She's fine. Tapi tak lama, kami dikabari, beliau dirawat di RS karena sesak napas. Sesak napasnya terjadi setelah mbak Par menyapu pelataran rumahnya yang penuh dengan debu merapi. Mbak Par sempat dirawat selama 5 hari. Hasil pemeriksaan rontgen: Bronkitis. Cenderung asma karena alergi. Setelah itu, mbak Par kembali ke Semarang dan everything's okey.
Menjelang lebaran kemarin, mbak Par batuk-batuk terus. Karena batuknya dimulai dini hari, kami gak kuatir. Panas dan debu di Semarang, kami pikir sebagai penyebab batuknya. Setelah minum obat sesak, dia baik-baik saja. Bahkan batuknya hampir hilang setelah pulang dari Jogja sehabis lebaran.
Bulan November lalu, kami pindah lagi ke Jakarta. Mbak Par ikut serta. Tak dinyana, batuk yang dulu hilang balik lagi. Hampir tanpa henti. Tiap malam batuk terus, katanya sampai tidak bisa tidur. Sedih dengarnya.
Start dari minggu kemarin, mbak Par periksa di RS Ps. Rebo. Semua pemeriksaan dijalani. Mulai dari rontgen, darah (LED-nya tinggi), tes sputum dan mantoux. Dokter bilang, hasilnya menunjukkan positif TB. Saya gak bisa bilang apa-apa lagi. Shock, sedih, takut karena ada Sasha di rumah, bingung.
Yang ada di kepala saya berkecamuk pertanyaan, "abis ini gimana?", "sasha tertular atau tidak?", "gimana perasaan mbak Par?", 'darimana dia tertular?", "kapan dia tertular?"
Mana Sasha lagi sakit... batuk berdahak gak sembuh-sembuh... Mana besok harus berangkat ke surabaya dinas di sana...
God, saya bingung.... Mesti gimana...????
10 komentar:
ke rs persahabatan aja mbak, kan itu rs paru
bisa sembuh kok
nha untuk sasha ya mau gak mau mungkin mesti ikut di screening ya, termasuk kita
karena kan kalo kontak terus menerus sepanjang hari, kemungkinann memang tertular
Tenang dulu mbak.., untuk Sasha lebih baik di cek juga aja, karena setiap hari kontak dengan Mbak Par. Tapi Sasha udah vaksin BCG kan? Mudah2an sih engga kena ya..
Ke Surabayanya engga bisa di pending dulu ya..?
@ mycelyn...
hiks..gak bisa dipending karena sudah diurus semua. kemarin menurut pemeriksaan dokter, sha memang harus screening tapi nunggu batuknya yang sekarang untuk sembuh. dahaknya banyak tapi sha sepertinya agak trauma untuk muntah....
@ qilqil...
rs persahabatan tuh dimana ya, mbak.... aku anak jakarta yang udah lama merantau jadi lupa sama jakarta, hehehe... rs. pasar rebo dulunya juga rs. paru. sha memang harus di-screening. sudah on schedule, tapi menunggu batuknya yang sekarang sembuh dulu. wish us luck ya...
rs persahabatan di rawamangun mbak, jaktim
ic... nanti coba dijajakin deh. thanks ya, mbak...
Semoga Sasha gak apa2 mbak.. taip baiknya di cek aja
TBC Paru bisa sembuh koq dengan pengobatan rutin meskipun agak lama.
Semoga Mbak Par juga bisa sembuh
no need to worry,my dear fren.i have been there b4..kena TB.desita jg pernah.but we're okay alhamdulillah. kalo gw pengobatan 9 bulan minum obat berbagai macam tmsk antibiotik (yg tnyt berkat antibiotik ituh pula tokso gw ilang heheheeee....).yg pasti mba par-mu diberi makanan dan susu yg high protein cos orang TB biasanya cenderung berat badannya menurun..itulah mengapa ga sedikit pasien TB yang memburuk kondisinya.jadi prioritas nya adalah minum obat yang harus dan wajib teratur, menaikkan berat badan dan membuat nafsu makan bertambah.ohya,obatnya jangan sampe missing satu kalipun ya ka cos obat ituh sifatnya kalo keputus sehari dikuatirkan bisa menguatkan si kuman TB sehingga jika kena obat itu lagih kumannya udah kebal....kalo buat pasti coba ke sepesialis aja ka atau skrg ada program pemerintah kok buat yang tidak mampu bisa periksakan TB-nya ke Puskesmas terdekat dan dapet obat gratis sampai dy sembuh trus biasanya si pasien harus ada pendamping yg bertugas jadi pengawas selama pengobatan.insyaallah....
ik, gw punya penjelasan panjang. tp via imel aja deh. tenang aja, kalo patuh ama pengobatan, TB itu bukan penyakit hina dan mengerikan. semua orang Indonesia punya kans besar terpapar TB. TB bukan PPOK, jd bisa disembuhkan. waktu itu gue sempat berpindah ke beberapa dokter, dan terakir gue ketemu profesor paru. gw dimarahin krn gue menerima obat TB tanpa tes sputum & mantoux. pada kebanyakan dokter, mereka merasa cukup dengan LED dan rontgen. tp sesungguhnya, itu tidak cukup. dan memang 90% hasil LED dan rontgen memang membuktikan bahwa itu TB. tp tidak semua. ada baiknya minta sputum&mantoux. karena mbak par (yang gue jg kenal sndiri dan gue masih ingat sama beliau)sudah lengkap tesnya,lo ga perlu panik. cukup konsultasi ama dokter terpercaya dan patuhi semuanya. insya Allah berhasil.gue punya penjelasan lebih panjang, jika berkenan imel gue di desita1979@gmail.com
oke deh... kalo tes semuanya udah dijalanin. gue juga lumayan paham sama tata laksana TB. Yang jadi masalah mbak par suka gak disiplin, hehehe... tapi gue tunggu penjelasannya. Gue juga mesti take care of Aisha from this disease, tapi gue gak terlalu kuatir karena Sha sudah BCG sebelum mbak Par getting infected...
Posting Komentar