Senin, 11 Oktober 2010

Mungkinkah Tanpa Pelicin?

Akhir-akhir ini akrab banget sama yang namanya pelicin...
Berawal dari melaksanakan tugas di tempat yang baru, dimana aku harus turun ngurus dokumen perusahaan dan harus ke sebuah instansi pemerintah.
Di sana diketemukan dengan orang pemerintah yang biasa mengurus hal seperti ini
Di kantornya ada prosedur yang tertulis
tapi, in the name of fastness or so on, ada harga yang harus dibayar untuk tidak melalui berbagai macam persyaratan itu.
Dan, walaupun persyaratan yang dibawa sudah lengkap tapi gak mau nunggu lama supaya semua beres, sejumlah uang hasil tawar-menawar pun berpindah tangan kepada pegawai pemerintah itu.
Miris, but... That's the reality...

Lagi-lagi masih soal pekerjaan di kantor.
Masih harus berurusan dengan instansi pemerintah yang berbeda dengan yang diceritakan di atas.
Diinstansi ini, sistemnya sudah mulai sempurna.
Hubungan antara uang dengan manusianya  sudah diminimalisir dengan langsung menggunakan pembayaran di bank.
Tapi, sesudahnya, masih tetap ada orang yang mencari celah untuk mencari tambahan.
Dan buat orang yang gak tau, mudah sekali untuk membayar sejumlah uang dengan harapan bisa menambah kecepatan proses tersebut.
Padahal, kecepatan yang ditambah gak banyak-banyak amat.
Mungkin kalo ada perkara, pelicin baru berperan besar.
Kali ini, saya harus melanjutkan pekerjaan orang sebelum saya, jadi mau gak mau, saya harus membiarkan perpindahan pelicin itu ke tangan orang yang mendapatkan "celah" itu untuk sesuatu yang tidak terlalu berpengaruh.
Yaaaah, namanya juga pelicin... emang dia licin banget :D *gak nyambung dot com*

Terakhir tentang pelicin...
Bulan-bulan kemarin kan lagi rame-ramenya bukaan lowongan kerja di instansi pemerintah
Dan rame pula tawaran ke aku untuk masuk jadi pegawainya
Harganya bervariasi, mulai dari 80juta - 25juta
Dibayar setelah masuk

Duuuuuuh....
Ada gak sih yang gak perlu pake beginian kalo urusan sama pemerintah?
Kapan bangsa bisa majuuuu...
Dan sampe kapan saya bisa bertahan dengan idealisme saya ya?
Karena, atas nama desakan kebutuhan, saya mulai tergoda jugaaaaa

 

10 komentar:

Ida Rifai mengatakan...

pelicin? setrika kaleee licin wkwkwk

Ikaa.. udah banyak kok instansi yang mulai berbenah. Temen gw banyak yg ketrima PNS tanpa pelicin sogok or apalah you name it hehehe..

Teh Icho mengatakan...

gw mikirnya malah 'pelicin' laen Da hihihi.

Benerrr..di KY atau di MK banyak tuh PNS yg tanpa pelicin..

Ida Rifai mengatakan...

Gw ga tega mau nulis pelicin yg entu Teh wkwkwk

Eva Handoko mengatakan...

ade gw GA sama sekali ngasih pelicin, insya Allah masih ada kok... ade gw di Basarnas...

lila ss mengatakan...

Paling males ngurus ini itu di pemerintah. Tapiiii...segala pelicin buat jd karyawan dsitu, ngga tertarik heheehe

ika kharisma mengatakan...

wkwwkwkwkwkwkwkwkw...
aku percaya kok, da...
tapi namanya juga oknum ya...
ada aja yang cari celah

ika kharisma mengatakan...

wkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkw..
aku tau yang dimaksud ibu pelicin yang mana....
wkwkwkwkwkwkwkwkwkwk....

ika kharisma mengatakan...

hoalaaaah...
ternyata ini mikirnya pelicin itu juga... *ikn ketawa guling-guling*

ika kharisma mengatakan...

naaaah, mbak eva...
mas ditawarin masuk basarnas 80juta
gak masuk juga akhirnya :P

ika kharisma mengatakan...

toos, ma'am...
makanya aku dulu menclok di LIA ;p